Fikih Dakwah

  1. Makna Dakwah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tabligh

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab “دعوة” dari kata دعا- يدعو yang berarti “panggilan”, “ajakan” atau “seruan”. Ism Fa’il­-nya ialah da’i/da’iyah (mufrad) dan du’ât (jama’).

Ibnu Manzhur dalam kamus Lisan Al-‘Arab mengatakan : du’at adalah orang-orang yang mangajak manusia untuk bersumpah-setia (bai’at) pada petunjuk atau kesesatan. Bentuk tunggalnya adalah da’i atau da’iyah, yang artinya orang yang mengajak kepada agama atau bid’ah. Dalam kata da’iyah, huruf “ha” berfungsi sebagai mubalaghah (superlatif). Nabi SAW juga disebut sebagai da’i Allah SWT. Demikian pula seorang mu’adzin disebut sebagai da’i, dan Nabi SAW adalah da’i umat atau yang mengajak mereka kepada tuhidullah dan taat kepadaNya.[1]

Atas dasar itulah kemudian, istilah da’i dan da’iyah bermakna orang yang mengajak kepada petunjuk atau kesesatan. Makna semacam ini dipertegas oleh hadis Nabi SAW berikut ini :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ:﴿مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا [2]

Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jawziyah menjelaskan bahwa setiap da’i memiliki ciri khasnya sendiri, tergantung pada apa yang didakwahkannya. Ketika kata tersebut disandarkan kepada lafdz al-jalalah (الله) sehingga menjadi “داعي الله” maka ia mengandung spesifikasi makna dan aksentuasi tersendiri; yakni para da’I yang khusus menyeru kepada agama Allah SWT, beribadah kepadanya, ma’rifat serta mahabbah kepadaNya. Mereka itu adalah “khawwash khalqillah” (makhluk Allah SWT yang istimewa), termulia dan tertinggi kedudukan dan nilainya di sisi Allah SWT.[3] Menurut Syaikh Jum’ah Amin Abdul Aziz, da’i ilallah adalah orang yang berusaha untuk mengajak manusia, dengan perkataan dan perbuatannya, kepada Islam, menerapkan manhaj­nya, memeluk akidahnya serta melaksanakan syariatnya.[4]

Beberapa nash (teks) berikut ini menunjuk kepada makna (da’wah) ; menyeru dan menganjurkan manusia untuk iltizam dan menggembirakan mereka dengan Islam serta mengarahkan mereka kepadanya dengan berbagai media dan metode yang sesuai dengan prinsip syariah.

Al-Ahzab ayat 45-46 :

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا

Al-Ahqaf ayat 31 :

يَاقَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَءَامِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

Yunus ayat 25 :

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

An-Nahl ayat 125 :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Al-Hajj ayat 67 :

لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ

Hadis Rasulullah SAW :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ﴿ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا﴾[5]

Dengan penjelasan etimologis ini, Thayyib Barghuts, dalam karyanya “Manhaj Al-Nabiy fi Himayat al-Dakwah” mendefinisikan “dakwah” sebagai berikut :“Sebuah kerja keras yang sistematis dan terstruktur bertujuan untuk mengenalkan hakekat Islam kepada semua manusia; melakukan sebuah perubahan yang mendasar dan seimbang dalam kehidupan mereka dengan jalan menunaikan segala kewajiban kekhalifahan untuk mencari ridla Allah dan menggapai kemenangan yang dijanjikanNya kepada orang-orang yang shalih dalam kehidupan akherat.”[6]

Dalam perspektif tafsir maudlu’iy (tematik), kata “da’wah” ditemukan sebanyak 46 kali; 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak kepada neraka atau kejahatan. Berdasarkan makna yang terbaca dalam Al-Qur’an, secara terminologis, dapat didefinisikan sebagai “kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah SWT dan istiqamah di jalanNya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah SWT.”

Kata “mengajak”, “mendorong” dan “memotivasi” merupakan kegiatan dakwah yang berada dalam lingkup tabligh. Kata “bashirah” untuk menunjukkan bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang baik. Kalimat “meniti jalan Allah SWT” untuk menunjukkan tujuan dakwah yaitu mardlatillah. Kalimat “istiqamah di jalanNya” untuk menunjukkan dakwah yang berkesinambungan. Sedangkan kalimat “berjuang bersama meninggikan agama Allah SWT” untuk menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya untuk menciptakan kesalehan pribadi, tetapi juga harus menciptakan kesalehan sosial.[7]

Menurut H M Amien Rais : Dakwah pada pokoknya berarti ajakan atau panggilan yang diarahkan pada masyarakat luas untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dakwah merupakan usaha untuk menciptakan situasi yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam di semua bidang kehidupan. Dipandang dari kacamata dakwah, kehidupan manusia merupakan suatu kebulatan. Sekalipun kehidupan dapat dibedakan menjadi beberapa segi, tetapi dalam kenyataan kehidupan itu tidak dapat dipisah-pisahkan.[8]

H.A. Rosyad Sholeh berpendapat bahwa kegiatan dakwaah bersifat multidimensional. Perubahan dari suatu kondisi kepada kondisi yang lain yang lebih baik, atau dari suatu kondisi yang sudah baik kepada kondisi lain yang lebih baik lagi, mencakup segi-segi sangat luas. Ia menyangkut perubahan sikap hidup dan perilaku yang lemah dan kurang menguntungkan, seperti bodoh dan terbelakang serta sikap  narimo ing pandum (kebudayaan kemiskinan), ke arah sikap hidup dan perilaku  yang diperlukan untuk kehidupan yang lebih baik dan mulia. Disamping itu perubahan suatu kondisi ke arah kondisi lain yang diinginkan, menyangkut tata kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya.[9]

Dakwah dalam konsep Muhammadiyah ialah “upaya untuk mengajak seseorang atau kelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan mengamalkan ajaran Islam atau mewujudkan ajaran Islam ke dalam kehidupan yang nyata”. Juga dimaknai sebagai “upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Dari makna dakwah yang bersifat mendasar, luas, dan berproses itu maka Muhammadiyah menunjukkan orientasi gerakannya yang bersifat kuat pada prinsip tetapi fleksibel dalam cara dan implementasinya, serta menonjolkan sikap tengahan (wasathiyah) yang merupakan identitas Islam itu sendiri. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan identitas utama bagi Muhammadiyah sepanjang sejarahnya, dan dapat dikembangkan menjadi al-amru bi al-‘adli wa al-nahyu ‘an al-dhulmi (menegakkan keadilan dan mencegah kezaliman).

Gerakan dakwah Muhammadiyah bersifat menyeluruh, komprehensif dan integral; tidak hanya bersifat lisan dan tulisan (da’wah bi lisan al-maqal) tetapi sekaligus dakwah dengan perbuatan atau tindakan yang multi-aspek (da’wah bi lisan al-hal), yang diwujudkan dalam berbagai bentuk amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, kegiatan ekonomi, dan peran-peran kebangsaan secara lebih luas yang dilaksanakan dengan sistem organisasi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan pandangan dakwah yang holistik tersebut, setiap muballigh harus menyadari dan menebarkan kesadaran mendalam kepada setiap warga bahwa seluruh kebaikan dalam wujud amal usaha Muhammadiyah merupakan aktifitas dakwah, sehingga tidak dibenarkan adanya kegiatan amal usaha yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Hal ini tercermin pada identitas masing-masing AUM yang dijabarkan dalam Qa’idah Penyelenggaraan dan Pengelolaan Amal Usaha Muhammadiyah sebagai berikut :

Pendidikan Dasar dan Menengah bertujuan membentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggungjawab, cinta tanah air, memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala.[10]

Perguruan Tinggi Muhammadiyah bertujuan terselenggaranya catur dharma pndidikan tinggi Muhammadiyah dalam bidang Pendidikn, Penelitian, Pengabdian Masyarakat, serta Islam dan Kemuhammadiyahan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah meliputi : a) berkembangnya potensi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, cerdas, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri sehingga trwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya; b) terwujudnya kemampuan penciptaan, pengembangan, dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang memberikan kmaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negra, dan umat manusia; c) terbinanya KeIslaman dan Kemuhammadiyahan yang mencerdaskan dan mencerahkan bagi seluruh civitas akademika dan kehidupan yang lebih luas.[11]

Sementara identitas Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah ditegaskan sebagai bentuk usaha kemanusiaan bidang kesehatan merupakan upaya Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.[12]

Pandangan hidup atau ideologi dakwah/tabligh sebagaimana terbaca di atas bukanlah sesuatu yang baru. Dalam pidato bertajuk “ Dengan Jiwa Tauhid Membangun Bangsa” yang disampaikan oleh Pusat Pimpinan Muhammadiyah dalam rangka milad Muhammadiyah ke-46 pada tanggal 18 Nopember 1958 di Yogyakarta dinyatakan sebagai berikut:

Saudara-saudara sekalian Yang Terhormat !.

Atas dasar falsafah yang demikian itu dan didorong oleh adanya firman Allah dalam surah Alu Imran : 104, seperti yang telah kami sebutkan di atas, maka oleh almarhum KH Ahmad Dahlan didirikanlah organisasi Muhammadiyah yang sampai sekarang masih berlangsung dengan mengalami pasang naik dan pasang surut seperti yang saudara lihat  dan saudara-saudara alami.

Tegas dan jelaslah bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, bukan organisasi sosial, bukan organisasi perekonomian, bukan organisasi pertanian, bukan organisasi buruh. Tetapi Muhammadiyah adalah organisasi Islam, yang brtujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Atas dasar-dasar inilah maka Muhammadiyah memberikan pertolongan kepada fakir miskin, menyelenggarakan prtolongan kepada anak-anak yatim yang terlantar, bukan karena Muhammadiyah sebagai organisasi sosial, melainkan Allah memerintahkan agar kita umat Islam berbuat demikian. Muhammadiyah mendirikan Sekolah-Sekolah sejak Taman Kanak-Kanak sampai sekolah tinggi bukan karena Muhammadiyah sebagai yayasan pendidikan, melainkan karena Allah memerintahkan agar umat Islam memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan.

Muhammadiyah pernah menentang undang-undang sekolah partikelir (swasta), penah menolak undang-undang kawin bercatat (catatan sipil) bukan karena Muhammadiyah Partai Politik, tetapi Muhammadiyah mengakui adanya perintah Allah untuk beramar makruf bernahi munkar memerintahkan yang baik dan mencegah kepada yan munkar.

Muhammadiyah selalu memikirkan dengan jalan dan kemampuan yang ada padanya, bagaimana agar taraf hidup dan penghidupan keluarga Muhammadiyah dapat mencapai kemajuan, bukan karena Muhammadiyah sebagai organisasi perekonomian, melainkan karena Islam sendiri mmberikan bimbingan kearah perbaikan hidup bagi umat manusia.

Saudara-saudara sekalian Yang Terhormat !.

Demikianlah Muhammadiyah. Orang luar boleh menuduh mengatakan begitu dan begini terhadap Muhammadiyah, namun Muhammadiyah sendiri tentu lebih mengetahui apa yang sebenarnya menjadi tujuannya, dan kepada saudara-saudara di luar Muhammadiyah kami harapkan, janganlah memaksakan pendiriannya ke dalam tubuh Muhammadiyah. Kami sendiri, Pusat Pimpinan Muhammadiyah, akan tetap berpegang teguh dengan Khittah kami ini. Juga kepada para pengurus, para anggota dan para pimpinan Muhmmadiyah di Daerah-daerah dan Cabang-cabang dan di Ranting-ranting, janganlah hendaknya saudara membawa dan mengerahkan Muhammadiyah ini menurut nafsu keinginan saudara-saudara sendiri, melainkan peganglah khittah Muhammadiyah yang telah ada ini, dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.”[13]

Demikianlah paham dan ideologi dakwah Muhammadiyah, yang kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah dan dasar takwa serta mengharap ridla Allah s.w.t. semata. Adapun Tabligh, secara spesifik,  merupakan kegiatan dakwah berupa penyiaran Islam yang secara khusus dilakukan dengan lisan dan tulisan, serta dengan memanfaatkan berbagai perangkat teknologi informasi terkini. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas ini Persyarikatan Muhammadiyah membentuk Majelis Tabligh yang secara vertikal ada pada setiap tingkatan dari Tingkat Pusat (PPM), Wilayah (PWM), Daerah (PDM), Cabang (PCM), dan Ranting (PRM). Pelaksanaan kegiatan tabligh dalam praktiknya memperhatikan kerja-sinergik antar majelis dan lembaga sesuai dengan keperluan dan keadaan.

  1. Hakekat dan Sifat Dasar Dakwah Islam
  • Dakwah Islam adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai tanpa paksaan (persuasif).

لاإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 256)

إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.(QS. Al-Zumar : 41)

  • Dakwah Islam adalah seruan untuk berfikir, berdebat dan berargumen dengan kebenaran (rasional-intelektual). Dakwah bukan kegiatan indoktrinasi dan dogmatis.

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ[14]

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-Nahl : 125)

  • Dakwah merupakan jihad dan tugas mulia yang mesti dilaksaakan dengan sungguh-sungguh dan kontinyus.

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا. فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا. وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا. ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا. ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا. فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. (QS. Nuh : 5-10)

  • Dakwah Islam adalah perubahan (transformasi) menuju kepada kebaikan di dunia dan akherat.

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”(QS. Al-Baqarah:201)

عَنْ أَبي سَعيدٍ الخُدريِّ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعتُ رِسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقولُ: (مَن رَأى مِنكُم مُنكَرَاً فَليُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَستَطعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَستَطعْ فَبِقَلبِه وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيمَانِ(رواه مسلم)

  • Dakwah Islam adalah universal, diserukan kepada semua umat manusia.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.(QS. Saba’:28)

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya”:107)

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS. Al-A’raf:158)

  • Dakwah kepada al-haq akan selalu berhadapan dengan dakwah kepada al-bathil

وَيَا قَوْمِ مَا لِي أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ. تَدْعُونَنِي لِأَكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَأَنَا أَدْعُوكُمْ إِلَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارِ

Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? (QS. Ghafir:41-42)

  • Jalan dakwah tidak mulus, sarat dengan rintangan.

أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا اللَّهُ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ[15]

Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya” (QS. Ibrahim:9)

  • Dakwah itu mencerahkan, menggerakkan, dan menggembirakan.

الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim : 1)

وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ . ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ

Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.(QS. Muhammad: 2-3)

عنْ أَنَسِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا  (رواه البخاري ومسلم)

  • Dakwah merupakan manifestasi dari karakteristik Islam.
    1. Tujuan Dakwah Islam
  • Menyebarkan Islam dan ajaran tauhid kepada semua manusia, sebagai individu ataupun masyarakat, sehingga mereka merasakan Islam rahmatan lil-‘alamin.
  • Menumbuhkan kesadaran tentang kewajiban eksistensial manusia di dunia; menunaikan amanah kehambaan dan kekhalifahan di bumi.
  • Menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-nya, Nabi Muhammad saw., menjauhi segala larangan-larangan guna mendapat karunia dan ridha-nya di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, menuju baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
  • Melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi di kalangan umat Islam. Meluruskan akhlaq manusia, amar ma’ruf dan nahi munkar, mengeluarkan manusia min al-dzulumat ila al-nur.
  • Menumbuhkan kesadaran tentang kehidupan akherat sebagai terminal akhir eksistensi kehidupan manusia di dunia. Pewarisan surga sebagai cita-cita tertinggi kehidupan mereka.
    1. Perintah Dakwah dalam Al-Qur’an dan Sunnah
  • An-Nahl ayat 125

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-Nahl : 125)

  • Alu Imran ayat 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Alu Iran:110)

  • Al-Taubah ayat 71

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al-Taubah:71)

Pada Al-Taubah ayat 67, Allah SWT menerangkan sifat orang-orang munafiq sebagai berikut :

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. .(QS. Al-Taubah:67)

  • Al-Ma’idah ayat 78-79

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ. كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.

  • Al-‘Ashr ayat 1-3

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

  • Hadis Riwayat Imam Bukhari rahimahullâh

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْه قَالَ خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ النَّحْرِ قَالَ أَتَدْرُونَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ فَقَالَ أَلَيْسَ ذُو الْحَجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ قَالُوا نَعَمْ قَالَ اللَّهُمَّ اشْهَدْ فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

  • Hadis riwayat Imam Muslim rahimahullâh

قَالَ أَبُو سَعِيدٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

  • Hadis riwayat Imam Tirmidzi rahimahullâh

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ

  1. Keutamaan Dakwah dalam Al-Qur’an dan Sunnah
  1. Fushshilat ayat 33

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”

  1. Al-Ahzab ayat 45-46; profesi yang sangat mulia pada diri Rasulullah SAW

 

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا

Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.

  1. Hadis riwayat Imam Muslim rahimahullâh

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

  1. Sabda Rasulullah SAW kepada Ali Bin Abi Thalib (Muttafaq ‘alaihi) :

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

  1. Hadis riwayat Imam Tirmidzi rahimahullâh

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

  1. Hukum Menunaikan Dakwah

Sejatinya menunaikan tugas dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Dakwah dapat dilaksanakan secara individu ataupun kolektif (jamaah). Hal ini berdasarkan firman Allah SWT :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون[16]

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

dan sabda Rasulullah SAW :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ[17]

Dr. Abdul Karim Zaidan memandang bahwa melaksanakan dakwah secara kolektif dan terorganisir merupakan satu keharusan (dlarury) ketika para da’i menghadapi permasalahan dakwah yang lebih kompleks, karena jelas, kondisi semacam ini tidak dapat diselesaikan dengan daya juang perseorangan yang bercerai-berai. Penegasan ini terbaca ada sirah Nabawiyah, ketika beliau SAW memerintahkan setiap orang yang baru saja masuk Islam untuk bergabung dan berhijrah ke Darul Hijrah agar kerja keras mereka semakin solid dan berada dibawah arahan Rasulullah SAW secara langsung.[18] Hal ini diteguhkan pula oleh Firman Allah dalam Al-Ma’idah ayat 2 berikut ini :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Sebagian umat Islam berpendapat bahwa dakwah tidak wajib atas setiap muslim dan muslimah. Status hukum melaksanakan dakwah ialah wajib kifayah bagi para ulama dan agamawan. Mereka mengatakan, konteks perintah berdakwah dalam surat Alu Imran ayat 104 tidak menunjuk kepada keseluruhan umat Islam, tetapi bagi sebagian saja di antara mereka. Karena  ”منكم” di sini, bermakna ”تبعيض” (menunjuk makna sebagian).

Penjelasan dan bantahan atas pandangan tersebut, menurut Zaydan, dapat merujuk kepada pedapat Ibnu Katsir yang memaknai ayat tersebut sebagai “seyogyanya ada sekelompok di antara umat ini yang secara spesifik (menghadapi tantangan-tantangan dakwah yang lebih kompleks), meskipun ia bersifat wajib atas setiap individu umat Islam sesuai dengan kemampuannya masing-masing.”

Al-Imam Al-Razy dalam tafsirnya megatakan bahwa kata ”منكم” yang terdapat dalam ayat 104 dari surah Alu Imran  menunjuk kepada makna ‘penjelasan’ (تبيـين) dan tidak bermakna ’sebagian’ (تبعيض), berdasarkan dua alasan; 1) bahwasanya Allah mewajibkan amar maruf nahi munkar kepada semua umat dalam surat Alu Imran ayat 110; dan 2) tidak ada seorang mukallafpun kecuali wajib atas diriya amar maruf nahi munkar, sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya, bi al-yad aw bi al-lisan aw bi al-qalb. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa makna ayat 104 dari surah Alu Imran tersebut ialah ”jadilah kalian sebagai umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.[19]

Sebagai jalan tengah perbedaan pendapat tersebut, ada baiknya kita megambil makna yang tersirat dalam gagasan Imam Ibnu Katsir yang telah dikemukakan di atas. Artinya, dalam perkara-perkara dakwah yang mampu dilakukan oleh setiap individu umat maka dakwah menjadi kewajiban idividual (wajib ‘ainy). Sementara dalam berbagai permasalahan dakwah yang lebih rumit dan kompleks serta membutuhkan kerja kolektif dan sinergis antar individu dan jamaah umat atau juga membutuhkan media dan sarana yang lebih berat maka, dalam konteks ini, dakwah bersifat kifayah.

  1. Sistem Dakwah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘sistem’ berarti : perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.[20]

Sistem dakwah ialah sejumlah unsur dan perangkat dalam kegiatan dakwah yang saling terkait (integral) untuk mencapai tujuan dan target dakwah. Beberapa unsur penting dalam kegiatan dakwah sebagi berikut:

  • Da’i/Muballigh

Da’i/muballigh Muhammadiyah adalah pelaku tabligh/dakwah, baik di internal Persyarikatan maupun di tengah masyarakat yang memenuhi kriteria dan kompetensi (substantif dan metodologis) sebagai seorang muballigh dalam menjalankan tugasnya, serta tulus ikhlas menjadi tauladan, pengayom dan pemberdaya bagi umat.

  • Kompetensi Muballigh

Kompetensi da’i adalah sejumlah pemahaman, pengetahuan, penghayatan dan perilaku serta keterampilan tertentu yang harus ada pada diri da’i , agar mereka dapat melakukan fungsinya dengan memadai. Dengan demikian, kompetensi bagi seseorang merupakan suatu gambaran ideal dan sekaligus sebagai target yang harus mereka penuhi. Kompetetnsi secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua :

  1. Kompetensi Subtantif:
  1. Pemahaman agama Islam cera cukup, tepat dan benar.

Semakin luas pengetahuan agama seorang da’i , semakin banyak ia dapat memeberikan ilmu yang ia miliki untuk masyarakat. Dan begitu juga sebaiknya, semakin sedikit pengetahuan , maka yang diberikan  kepada masyarakat juga menjadi minimal.  Disamping itu, pemahaman Islam yang dipahami harus tepat dan benar. Yang diajarkan dan disebarluaskan haruslah tauhid yang murni.

  1. Memiliki al-akhlaq al-karimah.

Setiap dai harus berakhlaq mulia, konsekuen, dan konsisten terhadap apa yang diucapkan atau ditulisnya.        Setiap dai akan selalu berada dalam sorotan (spotlight) masyarakat. Ia akan selalu diikuti dan dinilai oleh ummat. Ummat menganggap para dai sebagai guru atau pemimpin informal yang mesti didengar, dihormati, dan juga ditaati. Akhlaqul karimah harus menjadi pakaian para dai.

  1. Mengetahui perkembangan pengetahuan umum yang relative luas.

Dai tidak boleh malas membaca atau merasa telah cukup. Bila berhenti membaca, maka kemampuan untuk merelavansikan ajaran Islam dengan perkembangan masyarakat juga akan merosot, dan paa akhirnya pengetahuan dai akan habis dan tumpul.           Seiring semakin luas pengetahuan keagamaan dan kemasyarakatan seorang dai,  maka seiring itu pula cakrawala dan pemiikiran audiens (mad’u) juga akan meningkat.

  1. Pemahaman hakekat dakwah.

Dengan pemahaman yang cukup terhadap hakekat, perspektif, dan proses kegiatan dakwah, akan menjadikan seorang dai menjadi dinamis dan responsive terhadap permasalahan yang berkembang dimasyarakat. Dakwah juga akan terhindar dari rutinitas yang nirsubstantif.

  1. Mencintai audiens dengan tulus. Para dai adalah pendidik ummat. Dai harus memiliki sifat tekun, tulus, sabar dan pemaaf.
  2. Mengenal kondisi lingkungan dengan baik.

Dai harus menguasai dan memahami lingkungan aau ekologi sosiokultural dan sosiopolitik yang ada. Para dai harus berusaha mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi ummat dengan membangun sikap empati dan simpati. Metode mujadalah,  hikmah, atau mau’idah hasanah yang harus diterapkan berbeda-beda, sesuai dengan sasaran dakwah.

  1. Mempunyai rasa ikhlas liwajhillah.

اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Yasin:21)

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(QS. Al-Insan:9)

  1. Kompetensi Metodologis:
  1. Mampu membuat perencanaan dakwah
  2. Mampu melaksanakan perencanaan tersebut, karena kompetensi metodelogis ini menjadi terasa penting mengingat pokok pola kebiksanaan dakwah. Kebijaksanaan dakwah hanya mungkin terlaksana apabila didukukng oleh tenaga dai yang berompeten, diantara kompetensi tersebut adalah:
  3. Muballigh/dai harus mampu mengindentifikasi permasalahan dakwah yang dihadapi. Mampu mendiagnosis kondisi keberagaman objek dakwah yang dihadapi, baik tingkat individu maupun masyarakat. Karena langkah ini menentukan sifat yang tepat dalam rangka menyusun metodelogi dan pesan dakwah
  4. Muballigh/dai harus mempu mendapatkan mengenai ciri objektif dan usbjektif objek dakwah serta kondisi lingkungannya.
  5. Dengan perencanaan tersebut kegiatan dakwah yang dilakukan benar-bensar dapat menjawab permsalahan dakwah yang ada.
  6. Kemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dakwah. Kemampuan ini mirip dengan kemampuan actor dakwah. Walaupun factor bakat memegang peranan signifikan, akan tetapi factor latihan juga menunjang kompetensi ini. `
  • Mad’uw (mitra dakwah).

Mereka terdiri dari berbagai macam golongan dan kelompok manusia. Ini berimplikasi pada model, metode, materi dakwah dll., yang variatif tergantung pada kondisi obyektif mad’uw. Di antaranya;

  1. Segi sosiologis ; Masyarakat terasing, pedesaan, kota kecil dan kota besar, serta masyarakat marjinal dari kota besar.
  2. Struktur kelembagaan negara; eksekutif, yudikatif, legislatif
  3. Segi tingkatan ; anak-anak, remaja dan orang tua.
  4. Segi kelamin; kelamin ; Laki-laki dan perempuan.
  5. Segi agama; ; Islam dan kafir atau non muslim
  6. Segi kultur keberagamaan; ; Islam dan kafir atau non muslim
  7. Segi profesi da mata pencaharian ; mata pencaharian ; Petani, peternak, pedagang, nelayan, karyawan, buruh dll.
  8. Struktur ekonomi; Golongan kaya, menegah, dan miskin
  9. Segi khusus; khusus ; Golongan masyarakat tuna susila, tuna netra, tuna rungu, tuna wisma, tuna karya, dan narapidana.
  10. Masyarakat seniman; Komunitas masyarakat seniman, baik seni musik, seni lukis, seni pahat, seni tari, artis, aktris dll.

Secara khusus, terkait dengan pengelompokan mitra dakwah ini, Muhammadiyah pada Muktamar ke-47 di Makassar telah memutuskan Konsep Dakwah Komunitas yang disertai dengan identifikasi permasalahan, metode dan model pendekatan dakwah.

  • Atsar atau Efek Dakwah/Tabligh
    1. Kognitif, setelah menerima pesan dakwah, mitra dakwah (mad’uw) akan menyerap isi dakwah tersebut melalui proses berfikir, dan efek kogitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad’uw tentang isi pesan yang diterimanya.
    2. Apektif, efek ini adalah merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan sikap, emosi dan tata nilai mad’uw setelah menerima pesan. Sikap adalah sama degan proses belajar dengan tiga variabel sebagai penunjangya, yaitu; perhatian, pengertian dan penerimaan.
    3. Behavioral, efek ini merupakan suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mad’uw secara nyata dalam merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam pola tindakan, kegiatan, tindakan dan prilaku sehari-hari.[21]
  • Pendekatan Dakwah (approach)
    1. Pendekatan Sosial, sebuah cara pandang bahwa mad’uw sebagai makhluk sosial. Model pedekatannya; pendidikan, budaya, politik, ekonomi.
    2. Pendekatan psikologis terdiri dari dua aspek pandangan : pertama, mad’uw dihadapi sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding degan makhluk lainnya. Oleh karena itu ia harus dihadapi dengan pedekatan persuasif, hikmah dan kasih sayang; kedua, kenyataan bahwa disamping mad’uw memiliki kelebihan ia juga memiliki kekurangan dan keterbatasan. Ia gagal mengkomunikasikan tentang diriya karena berbagai problema dan kesulitan hidup. Nah, pendekatan psikologis ini diperlukan oleh mad’uw yang membutuhkan pemecahan masalah rohani, baik dengan bimbingan, penyuluhan, curhat dll.
  • Metode Dakwah/Tabligh.
  1. Dakwah sebagai prosses Islamisasi dalam kehidupan berlangsung tidak sekali jadi, linear, dan bersifat final tetapi berproses dalam dinamika sosiologis yang gradual dan diwarnai persambungan, perubahan, serta perkembangan. Karena itu dakwah sebagai proses menuju jalan Allah memerlukan pendekatan dan cara yang lebih sesuai dengan alam pikiran dan keadaan masyarakat, yang dilakukan dengan hikmah (bil-hikmah), pelajaran yang baik (bi al-maw’idhah al-hasanah), dan perdebatan yang lebih baik (jâdilhum bil-latȋ hiya ahsan) sehingga tumbuh kesadaran yang mantap dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran
  2. Dalam menghadapi berbagai tantangan kekinian yang sangat kompleks dan multidimensional, persaingan pasar-bebas, dan bahkan kompetisi ideologi yang semakin terbuka, Muhmmadiyah mengedepankan sikap bekerjasama di segala bidang kehidupan dalam semangat “berjuang menghadapi tantangan” (al-jihâd li al-muwâjahah) lebih dari sekedar “berjuang melawan musuh” (al-jihâd li al-mu’âradlah).
  3. Kewajiban dakwah hanyalah mengajak dan berusaha semaksimal mungkin mewujudkan kehidupan yang sejalan dan sesuai dengan risalah Islam, selebihnya menjadi wilayah hidayah Allah kepada manusia. Karena itu tidak boleh ada paksaan dalam berdakwah dan menjalankan ajaran Islam, lebih-lebih menggunakan cara yang bertentangan dengan misi utama Islam sebagai rahmatan lil-‘âlamȋn.

 

  1. Beberapa Kaidah Dakwah/Tabligh
  1. Memberi keteladanan sebelum berdakwah

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?(QS. Al-Baqarah:44)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ . (الصف :2-3)

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. Al-Shaff:2-3)

  1. Mengikat hati (ta’lif al-qulub) sebelum menjelaskan

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Alu Imran:159)

  1. Mengenalkan Islam sebelum memberi beban (taklif)

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.(QS. Muhammad:19)

  1. Bertahap (tadarruj) dalam memberi beban

وَقُرْآَنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Isra’: 106)

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآَنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا. وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا

Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqan: 32-33)

  1. Memudahkan, bukan menyulitkan

عنْ أَنَسِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا  (رواه البخاري ومسلم)

  1. Yang pokok (ushul) sebelum yang cabang (furu’)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مُعَاذًا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ (رواه مسلم)

  1. Membesarkan hati sebelum memberi ancaman (targhib qabla tarhib)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ . يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ . وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ . يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ .

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. Al-Shaff:10-14)

  1. Mendidik mad’uw, bukan memamerkan kesalahanya.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ قَالُوا: مَهْ مَهْ فَقَالَ: ” ادْنُهْ ” فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا قَالَ: فَجَلَسَ قَالَ: ” أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ ” قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: ” وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ ” قَالَ: ” أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ ” قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: ” وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ قَالَ: أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ ” قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: ” وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ قَال: أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ ” قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: ” وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ قَالَ: أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ ” قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاءَكَ قَالَ: ” وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْه وَقَالَ: ” اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ ” فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ. ( مسند أحمد بن حنبل 5/256تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الصحيح (المكتبة الشاملة)

  1. Kepribadian Muballigh/Da’i

Kepribadian muballigh Muhammadiyah merupakan cerminan dari kepribadian seorang anggota Persyarikatan sebagai berikut :

  1. Memahami hakekat Islam secara menyeluruh mencakup aspek akidah, ibadah, akhlaq dan mu’amalat dunyawiyah; bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah Maqbulah.
  2. Melandasi segala sesuatu dengan niat ikhlas mencari ridla Allah SWT semata-mata.
  3. Mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupannya, dan berusaha untuk menegakkan Islam dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat sehingga terwujud masyarakat utama yang diridlai oleh Allah SWT.
  4. Memiliki semangat jihad untuk memperjuangklan Islam.
  5. Memiliki kemauan dan kesediaan untuk berkorban demi Islam baik korban waktu, harta, tenaga bahkan nyawa sekalipun.
  6. Mempunyai keteguhan hati dalam mengamalkan, menegakkan dan memperjuangkan Islam dengan arti kata tidak mundur karena ancaman dan tidak terbujuk dengan rayuan dan selalu istiqamah dalam kebenaran.
  7. Mematuhi pimpinan dalam hal-hal yang disukai dan tidak disukai selama berada dalam garis kebenaran. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dia dan pimpinandalam hal yang sifatnya mubah atau ijtihadi dia akan mendahulukan pendapat pimpinan.
  8. Mengamalkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat.
  9. Aktif dalam dakwah Islam (Muhammadiyah) secara murni dan penuh.
  10. Bisa dipercaya dan mempercayai orang lain dalam organisasi.
    1. Kunci Keberhasilan Dakwah

Beberapa kunci keberhasilan dakwah, sebagaimana dicontohkan Rasululah SAW, dimana Rasulullah SAW mendapat pertolongan Alah dalam mengembangkan kerisalahannya:

  1. Rasulullah percaya dengan yakin, bahwa agama yang disiarkan itu adalah agama yang haq, yang mengalahkan kebathilan.

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.  (Q.S Al-Isra’:81)

  1. Rasulullah sangat yakin bahwa Allah pasti menolong ummat yang membela agama Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ . وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (QS. Muhammad: 7-8)

  1. Rasulullah beserta para sahabat benar-benar jihad dengan mengorbankan harta, tenaga, dan jiwa untuk kepentingan syi’ar Islam.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

(Q.S Al-Ankabut:69)

  1. Rasulullah berkemauan keras/kuat dalam memikirkan ummat agar mau beragama secara benar, walaupun beliau tahu mengenai orang yang berpura-pura.

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آَثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).(QS. Alkahf:6)

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”. (QS. Al-Furqan:30)

طسم . تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ . لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ . إِنْ نَشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آَيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ . وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثٍ إِلَّا كَانُوا عَنْهُ مُعْرِضِينَ . فَقَدْ كَذَّبُوا فَسَيَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

Thaa Siim Miim. Inilah ayat-ayat Al Quran yang menerangkan. Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru[1075] dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya. Sungguh mereka telah mendustakan (Al Quran), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan.(QS.Al-Syu’ara’:1-6)

  1. Rasulullah sangat merasakan penderitaan ummat yang tidak tahu kebenaran, keras kemauannya untuk kesejahteraan ummat dan sangat kasih sayang.

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS. Al-Taubah: 128-129).

  1. Rasulullah sangat tinggi akhlaqnya dan mulia budi pekertinya.

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. Al-Qalam: 4)

  1. Rasulullah tidak pernah atah hati, dan selalu memberi maaf kepada orang lain yang berbuat tidak senonoh.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS. Ali-Imran: 159).

  1. Rasulullah senantasa berendah hati, tetap tenang, tabah, tidak gentar menghadapi lawan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS. Al-Anfal: 45).

 

=================================

 Catatan Kaki

[1] Ibnu Manzhur, Lisan Al-Arab XIV, hlm. 259

[2] HR Muslim

[3] Ibnu Qayyim Al-Jawziyah, Miftah Dar Al-Sa’adah.

[4] Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah : Studi atas Berbagai Prinsip dan Kaidah yang Harus Dijadikan  Acuan Dalam Dakwah Islamiyah, Terj. Abdus Salam Masykur (Solo: Intermedia, 2005), hlm. 27

[5] HR Muslim

[6] Thayyib Barghuts, Manhaj Al-Nabiy fi Himayat al-Dakwah wa Al-Muhafadhah ‘ala Munjazatiha Khilal al-Fatrah al-Makkiyah (Virginia USA: IIIT, 1995), hlm. 64-67

[7] Dr. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 3-4

[8] HM Amien Rais, “Dakwah Menghadapi Era Informasi” dalam Kata Pengantar pada “Dakwah Islam Kontemporer : Tantangan dan Harapan (Yogyakarta : MTDK-PPM, 2004), hlm. v

[9] H.A. Rosyad Sholeh, Manajemen Dakwah Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010), Cetakan III, hal. 59

[10] Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Himpunan Pedoman dan Peraturan Organisasi Muhammadiyah, (Yogyakarta: Gramasurya, 2012), hal. 198-199

[11] Ibid. hal. 266

[12] Ibid. hal. 249

[13] Imron Nasrid & Faozan Amar (Penyunting), Kata yang Mencerahkan:Pidato-Pidato yang Mengubah Muhammadiyah, (Jakarta: Al-Wasath Publishing House, 2010), Cetakan I, hal. 124-126

[14] Al-Nahl : 125

[15] Ibrahim : 9

[16] Alu Imran : 104

[17] HR Muslim

[18] Abdul Karim Zaydan, Ushul al-Dakwah (Beirut: El-Risalah Publisher, 1420), hlm. 310-311

[19] Abdul Karim Zaydan, Ushul…hlm. 311-312

[20] Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoesia (Jakarta: Balaipustaka, 1995), hlm. 950

[21] Dr. Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…hlm. 141-142

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

*

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Jadwal Sholat


Jadwal Sholat Di Beberapa Kota