Antisipasi Gerakan Gafatar, Muhammadiyah Usung Dakwah Konstruktif

Camp Perumahan warga eks-Gafatar dibakar massa di Mempawah-Kalimantan Barat.

Sumber: Instragam @agintag

YOGYAKARTA. MUHAMMADIYAH.OR.ID  — Kemaren, Kamis (26/05). Mabes Polri menangkap Ahmad Musadeq terkait penistaan agama melalui organisasi Gafatar. Ajaran yang disebarkan Musadeq tersebut dianggap telah meresahkan masyarakat.  Menanggapi penangkapan itu, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Fathurrahman Kamal ketika ditemui pada Kamis (26/5) memaparkan tentang genealogi penyimpangan ajaran Ghafatar.

Menurutnya, Ghafatar sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki ajaran yang menyimpang dan  merupakan akar genelogis dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham yang yang diusung oleh Pendeta Dr. Robert Paul Walean.

“Dalam uraiannya untuk Majelis Tabligh, Kristolog Abu Deedat menjelaskan bahwa , Robert Walean membenarkan bahwa Mushodeq benar sebagai rasul yang sudah dinubuwahkan dalam alkitab. Dia pun memberi gelar untuk dirinya sendiri sebagai Al Masih Al Maw’ud, atau juru selamat yang dijanjikan,” jelasnya

Dengan demikian, Fathurrahman menegaskan bahwa  kerangka teologi dan ajaran Gafatar merupakan kelanjutan dari dua aliran sesat tersebut yang mengkerucut pada beberapa hal; menyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat,  mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan haji. Serta Mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran secara serampangan.

Dalam lanjutannya, Fathurrahman  memandang jika dikaji secara teologis, menurut pandangan MKCH Muhammadiyah, persoalan Ghafatar  dengan segala kerangka teologi dan ajarannya ini sudah jelas bertentangan dengan ajaran Islam, dan sesat menyesatkan. Bahkan dirinya berpandangan anak-anak yang belajar Ismuba pun akan mudah mengetahuinya.

“Secara teologis selesai. Siapapun warga Muhammadiyah, dan kaum muslimin pada umumnya, yang memahami agamanya dengan baik, saya yakin, mereka tak mudah digoyahkan. Intinya, kita ber-Islam dengan ilmu dan bashirah, lalu kita amalkan. In syaa Allah, aman,” paparnya

Kepala Program Studi  (Kaprodi) Komunikasi dan Kepenyiaran Islam (KKI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut  juga mengamati, sejatinya persoalan Ghafatar jika dikaji dari perspektif ideopolitik, hal ini merupakan persoalan yang kompleks. Sebab ajaran-ajaran sesat semacam ini memiliki orientasi ideologi dan politik tertentu, yang kemudian mengeksploitasi kejahilan masyarakat muslim yang awam. Dalam konteks ini.  Fathurrahman  sendiri  berpendapat, bahwa  penangkapan Mushaddeq sudah tepat.

“Pemerintah harus turun tangan sebab berdampak masif, dan pada tataran tertentu melahirkan konflik dan kekerasan yang mengorbankan orang-orang yang tak berdosa. Jadi penangkapan Mushaddeq, sudah tepat dan kita dukung aparatur negara karena mereka menjalankan tugas konstitusionalnya untuk mengayomi masyarakat,” tambahnya.

Untuk itu, Fathurrahman dalam perspektif dakwah dan khususnya jaringan Tabligh di Muhammadiyah hendaknya  melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif dengan cara melokalisir persoalan secara cermat. Sebab itu, pendekatan multi-dimensi yang perlu kita lakukan, di antarnya ialah: memberikan santunan dan pemberdayaan ekonomi bagi yang latar belakangnya adalah kemiskinan. Bagi masyarakat korban eksploitasi gafatar dan aliran sejenis perlu kita gembirakan dengan Islam, permudah bagi mereka, dan jangan dipersulit.

“Majelis Tabligh bisa bekerjasama  dengan majelis lain, seperti MPM atau MDMC, dan juga para muhsinin (dermawan), baik di dalam maupun di luar Persyarikatan. Bagi yang tertarik ke Gafatar karena kurangnya pengetahuan Islam, mereka ini harus dirangkul dan diedukasi dengan hikmah dan sebaik mungkin. Mereka kita cerahkan dengan ajaran-ajaran Islam yang inspiratif dan menggerakkan, bukan sekedar slogan yang dogmatis, permudah bagi mereka, dan jangan dipersulit. Yassir wa laa tu’assir, ” tutupnya

Redaktur: Indra/Adam

Sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/6111/antisipasi-gerakan-ghafatar–muhammadiyah-usung-dakwah-konstruktif.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

*

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Jadwal Sholat


Jadwal Sholat Di Beberapa Kota